27 Dec Changing Habits “Mengubah Kebiasaan”

Fakta hampir dari 50% kegiatan sehari-hari terbentuk dari sebuah kebiasaan. Sejak bangun tidur kita melakukan kegiatan dan memikirkan hal yang sama dengan hari sebelumnya. Semuanya berlangsung secara otomatis. Karena itulah merubah kebiasaan merupakan sebuah tantangan. Our habits shape our lives. Sesehat apa kita sekarang adalah hasil dari kebiasaan yang berhubungan dengan kesehatan kita, dari seringnya kita berolahraga hingga kebiasaan memakan junk food. Atau sesukses apa kita di hidup sekarang juga merupakan hasil dari sebuah kebiasaan. Sehingga tidak berlebihan jika dapat dikatakan our habits are who we are. Dan berita baiknya adalah sebuah kebiasaan bukan sesuatu yang permanen, namun kita dapat mengatur untuk merubah kebiasaan kita.

Menurut Charles Duhigg, penulis buku ‘The power of Habits’, ada tiga komponen dari kebiasaan yakni cue/reminder, routine, dan reward. Menyadarkan ketiga hal ini sangatlah penting, karena banyak orang yang tidak menyadari mengapa mereka melukukan sesuatu. Seperti halnya kita yang menyukai makanan junk food mungkin tidak mengetahui situasi seperti apa yang membuat kita menyukai makanan seperti itu. Ketika ditelusuri lebih jauh, mungkin kita hanya ingin memakan junk food ketika disaat merasa stress, karena ketika kita sedang memakan makanan tersebut kita akan melupakan masalah yang ada. Dengan demikian, akarnya adalah usaha kita untuk menghilangkan kondisi stress (cue/reminder), hal yang kita lakukan setiap kali situasi ini muncul adalah makan junk food (routine), dan yang kita dapatkan adalah rasa puas setelah memakan makanan yang tidak sehat tersebut (reward).

A habit doesn’t disappear, it’s replaced. Hal yang dapat kita lakukan ketika ingin mengganti kebiasaan adalah merubah rutinitasnya. Karena bahkan kebiasaan buruk yang kita lakukan pada dasrnya adalah usaha kita untuk memenuhi kebutuhan. Jika ingin mengubah kebiasaan, yang harus dipikirkan adalah hal lebih baik apa yang dapat dilakukan setiap kali ada reminder yang sama, tetapi dapat menghasilkan reward  yang serupa. Oleh karena itu, Charles Duhigg juga mengatakan cara yang paling mudah adalah membuat action plan. Contohnya yakni kita memiliki kebiasaan bangun tidur siang setiap hari. Jika memang ingin memiliki awal kesehatan yang baik, coba untuk dipikirkan apa yang dapat dilakukan jika ingin memiliki tubuh atau kesehatan yang baik kedepannya sehingga kita dapat megubah kebiasaan kita menjadi lebih baik lagi untuk memiliki jiwa dan raga yang sehat. To make it work, we need to find something we really enjoy and feel that it’s actually fun and keep it as a habit.

Tidak jarang, we are tempted to break the new habit. Kita bukanlah sebuah robot dan terkadang kita tergelincir. Tetapi kita akan tetap melanjutkan atau tidak usaha kita adalah sesuatu yang akan menentukan kebiasaan tersebut akan berlanjut atau tidak. Our habits are also formed by our surroundings, including our friends and where we usually go every day. Penelitian dari University of College London menunjukkan jika waktu yang dibutuhkan untuk membuat kebiasaan baru bervariasi, dimulai dari 20 hari, 50 hari hingga 254 hari dengan rata-rata 66 hari. Apa yang menentukan lamanya tersebut adalah kesulitan dari sebuah kebiasaan tersebut. Semakin kompleks dan sulit, semakin ama waktu yang dibutuhkan. Dan berita baiknya adalah hal tersebut akan semakin mudah. Untuk hari-hari pertama adalah yang paling menyulitkan, terutama 14 hari pertama. Tetapi setelah itu, penelitian menunjukkan hal tersebut akan berjalan dengan sangat mudah dan menjadi otomatis. Dan upaya untuk tidak putus asa adalah salah satu kunci untuk merubah sebuah kebiasaan buruk menjadi lebih baik. 

 “We are what we repeatedly do. Excellence, then, is not an act but a habit.” Aristoteles

By Nanda Putri